MAKALAH PENDIDIKAN INKLUSI
Penyeleaian Konflik Salah
Paham pada Siswa Sekolah Dasar
dengan Win-Win Solution
Dosen Pengampu: Dwi Yunairifi,M.Pd
Disusun oleh:
Gangsar Febri Utama 11108244107
Nanik Haryati
11108244110
5E
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6,
pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lainnya yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru
adalah pendidik.
Tugas utama guru yaitu mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didiknya.
Selain itu guru juga merupakan orang tua kedua bagi peserta didik saat di
sekolah. Tugas guru tidak jauh berbeda dengan tugas orang tua di rumah pada
umumnya. Guru tidak cukup membantu peserta didik sebagai penyampai ilmu
pengetahun yang dibutuhkan peserta didik, melainkan juga perlu mengetahui
perkembangan keterampilan dan sikap peserta didik di lingkungan sekolah dan
lingkungan bermainnya.
Dalam perkembangan peserta didik di sekolah
tidak selalu pada keadaan baik dan normal. Beberapa masalah sering muncul pada
peserta didik termasuk dalam perkembangan sosial peserta didik. Dalam
perkembangan sosial peserta didik usia sekolah dasar (SD) menunjukkan
kecenderungan orientasi kelompok yang cukup kuat. Perkembangan sosial siswa SD
telah menunjukkan pula sikap loyal dan kesediaan berkorban untuk kelompok.
Namun demikian ketidakkonsekuensinan dalam kelompok masih tampak. Ketidakkonsekuensinan
dalam berkelompok sering menimbulkan masalah atau konflik diantara peserta
didik. Siswa SD tidak menentu dalam berkelompok, bisa jadi yang tadinya
berteman akrab tiba-tiba menjadi tidak berteman hanya karena disebabkan kesalah
pahaman, atau persaingan untuk berprestasi. Penyelesaian konflik pada peserta
didik tidak cukup dengan mendamaikan mereka, melainkan guru perlu melakukan
tindak lanjut berupa bimbingan, konseling sera persuasif agar peserta didik
dapat menerima dan memahami keadaan dirinya serta orang lain yang ada di
sekitarnya. Agar peserta didik memiliki sikap toleransi dan saling menghargai
antar teman penyelesaian yang dilakukan guru sebaiknya menggunakan win-win solution.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasar
latar belakang rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Apa yang dimaksud dengan konflik?
2.
Apa yang dimaksud dengan salah
paham?
3.
Apa yang dimaksud dengan Win-win Solution?
4.
Bagaimana cara menangani konflik
salah paham dengan win-win solution?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui yang dimaksud
konflik
2.
Untuk mengetahui yang dimaksud salah
paham.
3.
Untuk mengetahui yang dimaksud win-win solution.
4.
Untuk mengetahui penanganan
konflik salah paham dengan menggunakan strategi win-win solution.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konflik
1. Pengertian
Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Permusuhan atau konflik diawali dengan adanya
perbedaan atau persaingan yang serius
sehingga sulit didamaikan atau ditemukan kesamaannya.
Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis
(1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam
berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan,
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan. Menurut Devito (1995:381) interaksi yang disebut komunikasi antara
individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal akan menimbulkan
konflik dalam level yang berbeda-beda (Wirawan, 2010).
Menurut Pace & Faules, Konflik merupakan
ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan
kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian
menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
diingat, dan dialami. Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik
merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan
yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya
dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu
bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja (Wirawan, 2010).
Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa konflik merupakan salah satu gejala psikologis yang umumnya
menggiring individu pada suasana kurang menguntungkan terutama jika ia tidak
mampu mengatasinya. Konflik berbentuk
pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari
pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik.
2.
Jenis-jenis Konflik
Konflik
dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya
Menurut
subyeknya
a.
Konflik
dalam diri individu
Konflik
terjadi bila pada waktu yang bersama seseorang memiliki dua keinginan yang
tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
b.
Konflik
antar individu dalam organisasi yang sama
Pertentagan
kepentingan atau keinginan yang biasanya terjadi karena perbedaan statur,
jabatan, bidang pekerjaan dan lain-lain.
c.
Konflik
antar individu dengan kelompok
Serig
kali berhubungan dengan cara indiviu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai
konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
d.
Konflik
antar kelompok dalam organisasi yang sama
Konflik
ini merupakan tipe konflik yang benyak terjadi di dalam organisasi-organisasi.
Misal konflik antar lini staf, pekerja dan pekerja.
e.
Konflik
antar Organisasi
Konflik
ini biasanya disebut dengan persaingan.
Menurut Akibatnya
a.
Konflik funsional/ konstruktif
yakni konflik yang menimbulkan akibat positif. beberapa manfaatnya ialah :
§ Akan meningkatkan kreativitas
§ Akan meningkatkan semangat kerja
§ Pengambilan keputusan akan lebih
baik
§ Berusaha untuk mencari
pendekatan baru
§ Memperjelas pandangan masing-masing individu
b.
Konflik disfungsional / destruktif yakni konflik yang menimbulkan akibat
negatif.
Beberapa kaibat konflik ini
ialah :
§ Menimbulkan kecemasan pada diri
individu
§ Meningkatkan ketegangan dalam
berhubungan dengan individu lain
§ Akan timbul rasa tidak percaya dan curiga
§ Individu cenderung hanya
memperhatikan kebutuhan pribadi
§ Adanya penolakan dalam bekerjasama
3.
Faktor Penyebab Terjadinya Konflik
Secara umum, ada 7 faktor
penyebab konflik yaitu : peran yang harus dijalankan, kebutuhan yang berbeda,
perbedaan nilai, perbedaan tujuan, perbedaan perilaku, informasi yang kurang
lengkap, dan karena adanya tekanan dari lingkungan.
a.
Faktor penyebab konflik antar
individu
§ Perbedaan individual, meliputi perbedaan nilai, perbedaan kebutuhan,
perbedaan harapan, perbedaan keyakinan, perbedaan cara pandang. Perbedaan
pengetahuan dan perbedaan kemampuan.
§ Sistem informasi yang tidak baik, berupa pesan yang tidak diterima,
instruksi diinterpretasikan secara slah, informasi/data yang digunakan berbeda,
atau karena disampaikan pada waktu yang tidak tepat.
§ Perbedaan peran, diantaranya tugas yang saling tergantung, perbedaan
tujuan antar peran, perbedaan tanggung jawab dan perbedaan sumber daya.
§ Tekanan dari lingkungan, karena terjadi prubahan atau karena adanya
ketidakpastian.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya,
setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan
lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang
nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya,
ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi
ada pula yang merasa terhibur.
b.
Perbedaan latar belakang
Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c.
Perbedaan kepentingan
Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing
orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang
dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai
contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam menghadiri perkuliahan, beberapa
mahasiswa berangkat kuliah karena tujuannya untuk mendapatkan ilmu, ada
beberapa mahasiswa yang kuliah karena memang sudah tugasnya kuliah, ada yang
berangkat kuliah karena dari pada di rumah/ di kos tidak memiliki pekerjaan,
dan ada beberapa mahasiswa pergi kuliah karena motif yanng lain. Di sini jelas
terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya
sehingga akan mendatangkan konflik sosial di antara mahasiswa, meski tidak secara
eksplisit nampak. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula
menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan
budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan
individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi
karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah
yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk
dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
d.
Perubahan nilai yang cepat dan
mendadak dalam masyarakat
Perubahan adalah sesuatu yang lazim
dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan
mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya,
pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak
akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi
nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis
pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang
disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai
tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian
waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan
terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan
masyarakat yang telah ada.
B. Pengertian Salah Paham
Salah paham merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya suatu konflik. Kondisi semacam ini umumnya disebabkan karena tingkat
kemampuan berkomunikasi yang kurang baik. Kemampuan berkomunikasi di sini baik
dalam hal menyampaikan informasi maupun dalam hal menerima informasi. Suatu
kondisi salah paham biasa dimunculkan ketika suatu informasi yang diterima oleh
seseorang memiliki makna atau esensi yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh si
pemberi atau penyampai informasi. Oleh karena itu kemampuan berkomunikasi
merupakan salah satu hal penting dalam hidup bermasyarakat.
C. Win-win
Solution
Penyelesaian masalah dengan win-win
solution dipandang sebagai penyelesaian masalah yang manusiawi, karena
menggunakan segala pengetahuan, sikap dan keterampilan menciptakan relasi
komunikasi dan interaksi yang dapat membuat pihak-pihak yang terlibat saling
merasa aman dari ancaman, merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif dan
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya
penyelesaian konflik. Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah pihak-pihak
yang terlibat dalam konflik, bukan hanya sekedar memojokkan orang. Strategi
menang-menang jarang dipergunakan dalam organisasi dan industri, tetapi ada 2
cara di dalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai alternatif pemecahan
konflik interpersonal yaitu:
a. Pemecahan masalah terpadu (Integrative Problema
Solving)
Usaha untuk
menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua belah
pihak.
b. Konsultasi proses antar pihak (Inter-Party Process
Consultation)
Dalam penyelesaian
melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh konsultan proses, dimana
keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan konflik dengan
kekuasaan atau menghakimi salah satu atau kedua belah pihak yang terlibat
konflik.
D. Penanganan Konflik Salah Paham dengan Win-win Solution
Tahap yang
dapat dilakukan guru untuk menangani konflik salah paham pada siswanya dengan
bimbingan, konseling dan persuasif adalah sebagai berikut.
1.
Mencari tahu/ informasi latar
belakang atau penyebab, sumber-sumber dan inti masalah konflik pada siswa.
Caranya dapat dilakukan
dengan bertanya pada lingkungan di sekitarnya atau dengan bertanya langsung
pada siswa yang berkonflik. Jika menggunakan pilihan ke-dua maka guru perlu
membangun tinggi hubungan pada siswa yang berkonflik agar siswa menjadi lebih
terbuka dan mau menceritakan masalah yang dihadapinya.
2.
Langkah ke-dua, guru dapat memberi
bimbingan kepada siswa untuk melakukan perdamaian.
Setelah terjadi tinggi
hubungan atara guru dan siswa, guru dapat memberikan pemahaman dengan persuasif
bahwa ketika terjadi masalah sebaiknya diselesaikan dengan baik-baik. Guru
dapat menanyakan hal apa yang membuat siswa-siswanya berkonflik berkelanjutan
atau guru dapat menanyakan hal-hal apa yang dituntut dari satu pihak ke pihak
yang konflik yag lain, dan sebaliknya. Dengan megetahui tuntutan ini diharapkan
diantara siswa tidak merasa dirugikan dengan perdamaian yang dilakukan.
3.
Guru juga dapat memberikan
konseling yaitu dengan beberapa treatment
konseling yang nantinya membuat siswa menyadari bahwa konflik diantara mereka
perlu diakhiri. Tidak hanya diselesaikan tetapi juga membuat siswa memahami
kebutuhan dan kepentingan orang yang satu berbeda dengan orang yang lain, maka
diharapkan siswa lebih terbuka dan memiliki rasa toleransi antar sesama. Dalam
konseling guru dapat menggunakan mediator atau model yang dapat menggugah
kesadaran kepada siswanya untuk berdamai dengan hati yang ikhlas.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Konflik merupakan salah satu gejala psikologis yang umumnya menggiring
individu pada suasana kurang menguntungkan terutama jika ia tidak mampu
mengatasinya. Konflik berbentuk
pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari
pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik.
Salah
paham adalah suatu informasi yang diterima oleh seseorang memiliki makna atau
esensi yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh si pemberi atau penyampai
informasi. Penyebabnya kurangnya kemampuan berkomunikasi, baik dari penyampai
pesan atau penerima pesan.
Win-win solution yaitu penanganan masalah dengan menggunakan segala
pengetahuan, sikap dan keterampilan menciptakan relasi komunikasi dan interaksi
yang dapat membuat pihak-pihak yang terlibat saling merasa aman dari ancaman,
merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif dan memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya penyelesaian konflik. Penyelesaian konflik salah paham dengan langkah sebagai berikut. (1)
Mencari tahu/ informasi latar belakang atau penyebab, sumber-sumber dan inti
masalah konflik pada siswa. (2) Langkah ke-dua, guru dapat memberi bimbingan
kepada siswa untuk melakukan perdamaian. (3) Guru juga dapat memberikan
konseling yaitu dengan beberapa treatment
konseling yang nantinya membuat siswa menyadari bahwa konflik diantara mereka
perlu diakhiri.
B.
SARAN
Semoga
dengan dibuatnya makalah mengenai strategi penanganan konflik salah paham
dengan win-win solution ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
guru-guru pada khususnya. Sehingga masalah-masalah yang timbul di lingkungan
sekolah maupun masyarakat dapat ditangani secara tepat sehingga tidak
menimbulkan permasalahan yang lebih besar lagi di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik (Teori,
Aplikasi, dan Penelitian). Jakarta: Salemba Humanika
http://rezhacupu.blogspot.com/2013/01/strategi-penyelesaian-konflik.html?m=1
diakses pada tanggal 26 November 2013
http://id.m.wikipedia.org/wiki/konflik
diakses pada tanggal 26 November 2013
www.fkip.unej.ac.id
diakses pada 26 November 2013
www.wordpress.com
diakses tanggal 26 November 2013